Sunday, January 29, 2012

NAHDLATUL ULAMA


A.  Sejarah Kelahiran
Nandlatul Ulama, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H di Surabaya.
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemilciran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.
Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh­puluh tahun di Tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi, dan lain sebagainya, alcan segera dilarang.
Tidak hanya itu. Raja fbnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kelchilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah, sebagai penerus Khilafah yang terputus itu.
Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomend a silcan adalah HOS Colcroaminoto (Si), K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah (pesantren). Namun, rupanya ada permainan licik di antara kelompok yang mengusung pan calon utusan Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewalcili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan
Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan sakit hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Ibnu Saud yang alcan mengubah model beragama di Makkah. Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah makam, dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad Saw. pun berencana digusur!

Bagi para kiai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. K.H. Hasyim Asy'ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada ajaran Islam 'multi'. Namun Kiai Hasyim tidak bisa menerima pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan din i dari sistem bermadzhab.
Di samping itu, karena ide pembaruan dilalcukan dengan cara melecehkan, merendahkan dan membodoh-bodohkan, maim para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan Ichazanah keilmuan yang sudah ada dan masih relevan. Karena latar balakang yang mendesak itulah alchirnya Jam'iyah Nandlatul Ulama didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh K.H. M. Hasyim Asy'ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak actalah K H Abdul Wahab Hasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang. Kiai Wahab adalah salah seorang murid utama Kiai Hasyim. Ia lincah, enerjik dan banyak akal.
Susunan Pengurus PBNU yang pertama (1926):
Syuriah:
Rais Akbar                : K.H. M. Hasyim Asy'ari (Jombang)
Wakil Rais Akbar      : K.H. Dahlan Ahyad, Kebondalem (Surabaya)
Katib Awal               : K.H. Abdul Wahab Hasbullah (Jombang)
Katib Tsani                : K.H. Abdul Chalim (Cirebon)
A'wan                        : K.H. Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya) K.H. Ridwan Abdullah (Surabaya) K.H. Said (Surabaya)
K.H. Bisri Syansuri (Jombang)
K.H. Abdullah Ubaid (Surabaya)
K.H. Nahrowi (Malang)
K H Amin (Surabaya)
K.H. Masjkuri (Lasem)
K.H. Nahrowi (Surabaya)
Mustasyar                  : K.H. R. Asnawi (Kudus)
K.H. Ridwan (Semarang)
K.H. Mas Nawawi, Sidogiri (Pasuruan) K.H. Doro Muntoho (Bangkalan)
Syeikh Ahmad Ghonaim al-Misri (Mesir) K.H. R. Hambali (Kudus)
Tanfidziyah:
Ketua                        : H. Hasan Gipo (Surabaya)
Penulis                       : M. Sidiq Sugeng Judodiwirjo (Pemalang)
Bendahara                 : H. Burhan (Gresik)
Pembantu                  : H. Soleh Sjamil (Surabaya) H. Ichsan (Surabaya)
H. Dja'far Alwan (Surabaya) H. Usman (Surabaya) H. Ahzab (Surabaya) H. Nawawi (Surabaya) H. Dachlan (Surabaya) H. Mangun (Surabaya)
Organisasi Nandlatul Ulama didirikan dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah dengan menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali).
Bahkan dalam Anggaran Dasar yang pertama (1927) dinyatakan bahwa organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah saw madzhab empat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kala itu antara lain:
1.    Memperkuat persatuan ulama yang masih setia kepada madzhab.
2.    Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis lcitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam.
3.    Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab empat.
4.    Memperluas jumlah madrasah dan memperbailci organisasinya.
5.    Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren.
6.    Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir mislcin.
Dalam Pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) disebutkan:
"Mengadakan perhubungan di antara ulama-ulama yang bermadzhab, memeriksa kitab-kitab apakah itu dari kitab Ahlussunnah Waljamaah atau kitab-kitab ahli bid'ah, menyiarkan agama Islam dengan cara apa saja yang halal; berikhtiar memperbanyak madrasah, masjid, surau dan pondok pesantren, begitu juga dengan hal ichwalnya anak yatim dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, yang tidak dilarang oleh syara' agama

B.     Perangkat
Dalam menjalankan programnya, NU mempunyai tiga perangkat organisasi:
1.      BADAN OTONONI, disingkat Banom, ada1ah perangkat organisasi yang bcrfungsi me1aksanakan kebijakan yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
NU mempunyai 10 Banom, yaitu:
a.       Jam'iyah Ah1i Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nand1iyah
Membantu melaksanakan kebijakan pada pengikut tarekat yang mu'tabar di lingkungan NU, serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
b.      Jam'iyatul Qurra Wal Huffazh, disingkat JQH
Melaksanakan kebijakan pada kelompok qari/qariah dan hafizh/hafizhah.
c.       Muslimat
Me1aksanakan kebijakan pada anggota perempuan NU.
d.      Fatayat
MeIaksanakan kcbijakan pada anggota perempuan muda NU.
e.    Gerakan Pemuda Ansor, disingkat GP Ansor
Me1aksanakan kebijakan pada anggota pemuda NU. GP Ansor menaungi Banscr (Barisan Ansor Serbaguna) yang menjadi salah satu unit bidang garapnya.
f.        Ikatan Pe1ajar Nandlatu1 U1ama, disingkat IPNU
MeIaksanakan kebijakan pada pe1ajar 1aki-laki dan santri laki­-laki. IPNU menaungi CBP (Corp Brigade Pembangunan), semacam satgas khususnya.
g.       Ikatan Pelajar Puteri Nandlatul U1ama, disingkat IPPNU
Me1aksanakan kebijakan pada pe1ajar percmpuan dan santri perempuan.
h.      Ikatan Sarjana Nandlatu1 Ulama, disingkat ISNU
Membantu melaksanakan kcbijakan pada ke1ompok sarjana dan kaum intelektual.
i.        Sarikat Buruh Mus1imin Indonesia, disingkat Sarbumusi
Melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan dan pengembangan ketenagakerjaan.
j.        Pagar Nusa
Melaksanakan kebijakan pada pengembangan seni beladiri.
2.      LAJNAH adalah perangkat organisasi untuk melaksanakan program yang memerlukan penanganan khusu.s.
NU mempunyai dua lajnah, yaitu:
a.     Lajnah Falakiyah.
Bertugas mengurus masalah hisab dan rukyah, serta pengembangan ilmu falak.
b.    Lajnah Ta'lif Wan Nasyr, disingkat LTN.
Bertugas mengembangkan pcnulisan, penerjcmahan dan penerbitan kitab/buku, serta media informasi menurut faham Ahlussunnah Waljamaah.
3.      LEMBAGA adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi scbagai pelaksana kcbijakan, bcrkaitan dengan suatu bidang tertcntu.
NU mempunyai 14 lembaga, yaitu:
a.     Lembaga Dakwah, disingkat LDNU.
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dakwah agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah Waljamaah.
b.    Lembaga Pendidikan Ma'arif, disingkat LP Ma'arif NU. Melalcsanakan kcbijakan di bidang pendidikan dan pengajaran formal.
c.     Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah, disingkat RMI. Melaksanakan kcbijakan di bidang pengembangan pondok pesantren.
d.    Lembaga Perekonomian, disingkat LPNU.
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan ekonomi warga.
e.     Lembaga Pengembangan Pertanian, disingkat LP2NU Melaksanakan kcbijakan di bidang pcngembangan pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kelautan.
f.  Lembaga Kemaslahatan Kcluarga, disingkat LKKNU.
Antologi NUMelaksanakan kebijakan di bidang kcsejahtcraan keluarga, sosial dan kependudukan.
g.     Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, disingkat Lakpesdam.
Mclaksanakan kcbijakan di bidang pengkajian dan pcngembangan sumbcrdaya manusia.
h.    Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum, disngkat LPBHNU.
Melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
i.  Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia, disingkat Lesbumi.
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan seni dan budaya.
j.  Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah, disingkat LAZISNU.
Bertugas menghimpun, mengelola dan mentasharufkan zakat, infaq dan shadaqah.
k.    Lembaga Waqaf dan Pertanahan, disingkat LWPNU. Mengurus, mengelola scrta mengembangkan tanah dan bangunan, serta harta benda wakaf lainnya milik NU.
l. Lembaga Bahtsul Masail, disingkat LBM.
Membahas dan memecahkan masalah-masalah yang maudlu'iyah (tematik) dan waqi iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum.
m.    Lcmbaga Ta'mir Masjid Indonesia, disingkat LTMI.
Melaksanakan kcbijakan di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid.
n.      Lembaga Pelayanan Keschatan, disingkat LPKNU.
Melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan.

C.    Bahtsul Masail
NU dalam struktur organisasinya memiliki suatu Lembaga Bahtsul Masail (LBM). Sesuai dengan namanya, Bahtsul Masail, yang berarti pengkajian terhadap masalah-masalah agama, LBM berfungsi scbagai forum pengkajian hukum yang membahas berbagai masalah keagamaan.
Tugas LBM adalah menghimpun, membahas dan memecahkan masalah-masalah yang menuntut kepastian hukum. Oleh lcarena itu lembaga ini merupakan bagian terpenting dalam organisasi NU, sebagai forum diskusi alim ulama (Syuriah) dalam menetapkan hukum suatu masalah yang keputusannya merupakan fatwa dan berfu.ngsi scbagai bimbingan bagi warga NU dalam mengamalkan agama sesuai dengan paham Ahlussunnah Waljamaah.
Mekanisme kerjanya, seinua masalah yang masuk ke lembaga ini diinventarisir, kemudian disebarkan ke seluruh ulama, anggota Syuriah dan para pengasuh pondok pesantren yang ada di bawah naungan NU. Selanjutnya para ulama melakukan penelitian terhadap
masalah itu dan dicarikan rujukan dad pendapat-pendapat ulama madzhab melalui kitab kuning (klasik). Selanjutnya mereka bertemu dalam satu forum untuk saling beradu argumen dan dalil rujukan. Dalam forum ini seringkali mereka harus berdebat keras mempertahankan dalil yang dibawanya, sampai akhirnya ditemukan dasar yang paling kuat. Barulah ketetapan hukum itu diambil bersama.
Pada umumnya rujukan itu mengikuti pendapat Imam Syafiti, karena madzhab ini paling banyak diikuti kaum muslimin dan lebih sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan geografis Indonesia. Jika pendapat Imam Syafiti tidak tersedia, maka pendapat ulama yang lain diambil, sejauh masih dalam lingkungan madzhab yang empat (Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi). Meskipun semua dasar selalu merujuk pada pendapat para ulama pendahulu, namun kondisi masyarakat selalu dijadikan pertimbangan dalam penerapannya.
K.H. Syansuri Badawi, salah seorang kiai NU, mengatakan bahwa ijtihad yang dilakukan para ulama NU dalam Bahtsul Masail adalah bentuk qiyas. Tetapi ijtihad yang seperti itu dilakukan sejauh tidak ada qaul (pendapat) para ulama yang dapat menjelaskan masalah itu. Qiyas dilakukan sejauh tidak bertentangan dengan al-Quran dan al-Hadits. Hal ini sejalan dengan pendapat Imam Syafi'i bahwa ijtihad itu adalah qiyas.
Ketika menghadapi masalah serius kekinian yang di masa lalu peristiwa itu belum pernah terjadi, LBM selalu meminta penjelasan terlebih dahulu kepada para ahlinya. Di saat akan menjatuhkan hukum asuransi, LBM mengundang para pralctisi asuransi. Begitu juga ketika akan membahas operasi kelamin, LBM juga mengundang mereka yang terkait dengan masalah itu, seperti waria yang akan melakukan operasi, dokter yang akan menangani dan juga psikolog. Bahkan ketika akan membahas praktek jual beli emas sistem berantai gaya Gold Quest, LBM mengundang kepala perwalcilan Gold Quest untuk wilayah Asia. Mereka pun datang dan menjelaskan seluk-beluk bisnis itu secara terbuka di depan para ulama. Setelah kasusnya jelas, barulah dikaji lewat lcitab lcuning.

D.    Pagar Nusa
Salah satu badan otonom NU yang bertugas menggali, mengembangkan dan melestarikan pencak silat. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan bela dini dengan segenap aspelcnya (dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai pengamanan, dan lain sebagainya) merupalcan bidang garap Banom
Pagar Nusa didirikan pada tanggal 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Nama Pagar Nusa diciptakan oleh K.H. Mujib Ridwan (putra K.H. Ridwan Abdullah, penemu lambang NU), yang berarti pagar NU dan bangsa.
Makna Lambang:
a)      Bingkai segi lima: rukum Islam, azas Pancasila.
b)      Dikelilingi tiga garis: iman, Islam dan ihsan.
c)      Dasar Hijau: kesuburan dan kejujuran
d)     Warna lambang dan tulisan putih: suci
e)      Bola dunia: induk organisasi NU
f)       Bintang sembilan: induk organisasi NU, penghormatan kepada Walisongo, mubaligh dan penyebar agama Islam di Indonesia. Sembilan merupakan angka terbesar
g)      Trisula/Cabang: lambang kekhususan pencak silat
h)      Tulisan nama: lembaga pencak silat
i)        Tulisan Arab: tidak ada kemenangan kecuali dengan pertolongan Allah Swt. Melambangkan kesederhanaan, tidak takabur. Struktur Kepengurusan Tingkat Pusat:
1.      Dewan Guru Besar Khos, yaitu ulama-ulama sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin untuk menjadi rujukan terakhir bagi keputusan-kcputusan penting dan merupakan dukungan utama Pagar Nusa.
2.      Dewan Guru Khos, yaitu ulama-ulama sepuh yang mumpuni lahir dan batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan Pagar Nusa.
3.      Dewan Khos, merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala yang berkaitan dengan peneak silat dan bela dini untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional.
Dewan ini juga merupakan jembatan penghubung langsung antara orang-orang khusus (Khos) dengan kepengurusan operasional.
4.      Pasukan Khos, adalah orang-orang khusus yang memiliki keahlian tertentu dan terjun langsung ke lapangan.
5.      Pasukan Inti (PASTI), adalah salah satu pasukan yang dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyarakatan. Materi Pencak Silat:
a)      Fisik Baku, terdiri dari: gerak dasar (putih), paket kanak­kanak/setingkat TK (kuning), paket I A&B/setingkat SD (merah), paket II A&B/setingkat SMP (coklat), paket III A&B/setingkat SMA (biru), paket bela diri/setingkat perguruan tinggi (hitam)
Pencapaian jurus baku menjadi tolok ukur tingkatan jenjang latihan. Warna dasar badge pada sabuk tingkatan menyesuaikan dengan perjenjangan tersebut.
Pendalaman bisa dilakukan dalam empat aspek: seni (festival, lomba, dan lain-lain); bela dini (terapan, keamanan, dan lain- lain); olah raga (pertandingan, senam massal, dan lain-lain); kesehatan (pijat, pemapasan, pengobatan, dan lain-lain).
b)      Non Fisik Baku, terdiri dari: ijazah, juru.s Asmaul Husna dan jurus Taqarub.
Pendalaman bisa berbentuk pengisian badan langsung (instan), pengisian bertahap sesuai dengan jurus, pengisian barang, pengobatan non fisik, atralcsi, ijazahan, doa, dan lain sebagainya.
c)      Permainan senjata
Pagar Nusa mengajarkan permainan seluruh senjata, mulai dari celurit, keris, pedang, tombak, golok, trisula, tongkat, dan lain sebagainya. Bahkan pada sarana-sarana lain yang bisa dimanfaatkan sebagai senjata, semisal sarung, dan lain-lain.
Dalam pengajaran Silat Asma' pada akhirnya akan bisa dimanfaatkan untuk pertahanan, serangan dengan pukulan jarak jauh dan bisa juga untuk pengobatan.
Pagar Nusa juga memiliki `ilmu simpanan' yang berupa atraksi mendebarkan, di antaranya panjat tangga pedang, silat di atas
beling (pecahan kaca), silat di atas api, menggoreng telor di kepala, dilindas mobil, menarik mobil dengan rambut, dan lain sebagainya.

E.     Shalawat Badar
Adalah "Lagu Wajib" Nandlatul Ulama. Berisi puji-pujian kepada Rasulullah Saw. dan Ahli Badar (para Shahabat yang mati syahid dalam Perang Badar). Berbentuk syair, dinyanyikan dengan lagu yang khas.
Shalawat Badar digubah oleh Kiai Ali Mansur, salah seorang cucu dari K.H. Muhammad Siddiq Jember tahun 1960. Kiai Ali Mansur saat itu menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, sekaligus menjadi Ketua PCNU di tempat yang sama. Proses terciptanya shalawat ini penuh dengan misteri dan teka-teki.
Konon, pada suatu malam, ia tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena terus-menerus mernikirkan situasi politik yang semalcin tidak mcnguntungkan NU. Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh lciai-lciai di pedesaan. Karena memang kiailah pesaing utama PKI di tempat itu.
Sambil merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam Bahasa Arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sejak masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Kegelisahan Kiai Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib berjubah putih-hijau. Semakin mengherankan lagi, karena pada saat yang sama istrinya mimpi bertemu Rasulullah Saw. Keesokan harinya mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi. Habib Hadi menjawab: "Itu Ahli Badar, ya Akhi!". Kedua mimpi aneh dan terjadi secara bersamaan itulah yang mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Shalawat Badar.
Keheranan muncul lagi karena keesokan harinya banyak tetangga yang datang ke rumahnya sambil membawa beras, daging, dan lain sebagainya, layaknya akan mendatangi orang yang akan punya hajat mantu. Mereka bcrcerita, bahwa path pa-pagi buta pintu rumah merelca didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan di rumah Kiai Ali Mansur akan ada kegiatanbesar. Mereka diminta membantu. Maka mereka pun membantu sesuai dengan kemampuannya.
"Siapa orang berjubah putih itu?" Pertanyaan itu terus mengiang dalam benak Kiai Ali tanpa jawab. Namun malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mercka sendiri tidak tahu siapa, dari mana dan untuk apa.
Menjelang matahari terbit, serombongan habib berjubah putih­hijau dipimpin Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta, datang ke r amah Kiai Ali Mansur. "Alhamdulillah.....," ucap Kiai Ali ketika melihat rombongan yang datang adalah para habib yang sangat dihormati keluarganya.
Setelah berbincang basa-basi sebagai pengantar, membahas perkembangan PKI dan kondisi politik nasional yang semakin tidak menguntungkan, Habib Ali menanyakan topik lain yang tidak diduga oleh Kiai Ali: "Ya Akhi! Mana syiir yang Ente buat kemarin? Tolong Ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ii!". Tentu saja Kiai Ali terkejut, sebab Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya semalam. Namun ia memaklumi, mungkin itulah karamah yang diberikan Allah kepadanya. Sebab dalam dunia kewalian, pemandangan seperti itu bukanlah perkara yang aneh dan perlu dicurigai.
Segera saja Kiai Ali mengambil kertas yang berisi Shalawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Secara kebetulan Kiai Ali juga memiliki suara yang bagus. Di tengah alunan suara Shalawat Badar itu para habib mendengarkannya dengan khusyuk. Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena haru.
Selesai mendengarkan Shalawat Badar yang dikumandangkan Kiai Ali Mansur, Habib Ali segera bangkit.
Add caption
"Ya Akhi! Mari kita perangi Genjer-Genjer PKI itu dengan Shalawat Badar!" serunya dengan nada mantap. Setelah Habib Ali memimpin doa, lalu rombongan itu memohon din. Sejak saat itu terkenallah Shalawat Badar sebagai bacaan warga NU untuk membangkitkan semangat melawan orang-orang PKI.
Untuk lebih rnempopulerkannya, Habib Ali mengundang para habib dan ulama (termasu.k Kiai Ali Mansur dan K.H. Ahmad Qusyairi, paman Kiai Ali Mansur) ke JI. Kwitang, Jakarta. Di forum istimewa itulah Shalawat Badar dikumandangkan secara luas oleh Kiai Ali Mansur.

F.     Walisongo
Kaum muslimin di Indonesia path umumnya yalcin bahwa tersebarnya agama Warn di tanah Jawa adalahberkat kegigihan, keuletan dan kesabaran Walisongo, atau sembilan orang wali.
Sebutan "wali" sebcnarnya adalah singkatan dari waliyullah, yakni orang yang bcrolch limpahan karunia dari Allah Swt., karena ketinggian mutu ketakwaan mereka kcpada Allah Swt. dan kemantapan mercka dalam mengabdikan seluruh hidupnya demi kebesaran Allah dan mengharap keridhaan-Nya.
Kesembilan orang wali itu adalah:
1.      Maulana Malik Ibrahim, disebut juga Maulana Maghribi atau Sycikh Maghribi. Keturunan Alawiyin asal Gujarat, India. Ada yang mengatakan bcrasal dari Negeri Persia, Iran. Wafat tahun 882 H/1419 M, dimakamkan di kota Gresik.
  1. Sunan Ampel. Nama aslinya Radcn Rahmat. Sepupu Maulana Malik Ibrahim. Lahir sekitar tahun 1381 M di Campa (salah satu dacrah di Kamboja, tapi ada juga yang mengatakan di daerah Aceh yang sekarang dikcnal dengan nama Jeumpa). Wafat tahun 940 H/1425 M dan jenazahnya dimakamkan di claerah Ampel, Surabaya.
  2. Sunan Bonang. Nama aslinya Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Putera Sunan Ampel. Lahir tahun 1465 M di Surabaya dan wafat tahun 1524 M, dimakamkan di kota Tuban.
  3. Sunan Giri. Nama aslinya Raden Palcu Syarif Muhammad Ainul Yaqin bin Malchdum Ishaq. Wafat tahun 1035 H, dimakamkan di Gin, Gresik.
  4. Sunan Drajat. Nama aslinya Maulana Syarifuddin. Putra Sunan Ampel. Makamnya berada di Paciran, Lamongan.
  5. Sunan Kalijaga. Nama aslinya Raden Mas Sahid. Berasal dari suku Jawa ash. Putera Ki Tumenggung Wilwatikta, Bupati Tuban. Makamnya di Kadilangu, Demak.
  6. Sunan Kudus. Nama aslinya Syeilch Jakfar Shadiq. Makamnya di Kabupatcn Kudus.
  7. Sunan Muria. Nama aslinya Raden Prawoto dan Raden Umar Said. Dimakamnkan di gunung Muria, sekitar 18 kilometer dari Kudus.
  8. Sunan Gunungjati. Nama aslinya Syarif Hidayatullah, tcrkenal juga dengan nama Fatahillah atau Faletehan. Wafat tahun 1570 M dimakamkan di Cirebon.
Nama besar Walisongo identik dengan kaum Nandliyin. Dalam logo NU terdapat sembilan bintang (empat di bawah dan lima di atas tulisan Nandlatul Ulama), melambangkan Walisongo.
Selain itu gaya berdakwah Nandliyin juga banyak kemiripan dengan mereka, yakni mengandalkan pcndekatan persuasif, memanfaatkan kearifan budaya lokal, menggunakan sarana wayang, tembang-tembang syi'iran, dan lain sebagainya.
Sampai sekarang masih banyak orang NU yang mcnggunakan nama Walisongo sebagai nama yayasan pcndidikan, nama sekolah, pesantren, grup musik, dan lain sebagainya. Semua itu dimaksudkan sebagai tafaYulan (bcrharap berkah) dari perjuangan dan nama besar yang telah mereka berikan.



G.    Ridwan Abdullah, K.H.
Penem.0 Lambang NU
[Sejak terjun dalam organisasi, Kiai Ridwan terpaksa mengurangi kesibukannya mengurus ekonomi. Dulu ia punya toko kain di 17. Kramat Gantung sekaligus tailor Toko itu kemudian diserahkan kepada adiknya.
Rumah milik mertuanya di Bubutan juga diserahkan untuk kepentingan NU. Lantai bawah untuk percetakan NU, sedangkan lantai atas dipakai untuk sekretariat dan ruang pertemuan.
Setiap ada anak mau berangkat mondok dan sowan kepadanya, selain diberi nasehat dan wejangan, juga tidak ketinggalan diberikan uang saku untuk bekal. Padahal sesungguhnya dia sendiri jarang punya uang banyak]
Kiai Ridwan lahir tanggal 1 Januari 1884 di Kampung Carikan, Mun-alun Contong, Bubutan, Surabaya.
Pendiciikan: SD jaman Belanda; Pesantren Buntet, Cirebon; Siwalanpanji, Sidoarjo; Syaikhona Cholil Bangkalan. Tahun 1901 bermukim di Makkah selama 3 tahun, dan tahun 1911 kembali lagi untuk yang kedua kalinya dan bermukim di sana selama satu tahun.
Pengabdian: Pada saat Nandlatul Wathan didirikan di Surabaya (1916), Kiai Ridwan merupakan pendamping K.H. A. Wahab Hasbullah, sekaligus mengajar di madrasah tersebut. Ia juga terlibat aktif dalam kelompok diskusi Taswirul Afkar yang didirikan Kiai Wahab, K.H. Dahlan Ahyad dan K.H. Mas Mansur.
Selain alim, ia juga pandai melukis. Karenanya K.H. A. Wahab Hasbullah menyerahkan urusan lambang NU kepadanya. Waktu satu setengah bulan belumlah cukup baginya untuk mendapatkan inspirasi yang sesuai dengan keyalcinan hati. Jalan yang lain ditempuh. Dia meladcukan shalat istikharah untuk meminta petunjuk langsung dari Allah.
Lambang NU itu pun ditemukan: burni dikelilingi tampar yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang di atas bumi (yang tengah berukuran paling besar), dan empat bintang di bawah bumi. Sedangkan tulisan Nandlatul Ulama dalam huruf Arab dan Latin adalah tambahan dari Kiai Ridwan sendiri agar lebih sempurna.
Kiai Ridwan adalah salah seorang A'wan Syuriah HBNO (PBNU) periode pertama. Pengabdiannya di NU tidak setengah-setengah. Bahkan rumahnya ditempati penandatanganan berdirinya NU, 16 Rajab 1344 H. Ketika Muktamar di Menes, Banten (1938), ia menjadi utusan PCNU Surabaya mewakili Syuriah dan K.H. Abdullah Ubaid mewakili Tanfidziyah.
Ketika terjadi clash 11 (1948), dia bergabung dengan pasukan Sabilillah pimpinan K.H. Masjkur, turut berperang menghadapi kaum kolonial. Hasil pemilu 1955 menjadikan dirinya salah seorang anggota konstituante. Kiai Ridwan wafat pada tahun 1962, dimakamkan di pemakaman Islam Tembok, Surabaya.
Di antara wasiat yang disampaikan pada anak-analcnya: "Jangan takut tidak makan kalau berjuang mengurus NU. Yakinlah! Kalau sampai tidak makan, komplainlah aku, jika aku masih hidup. Tapi kalau aku sudah mati, maka tagihlah ke batu nisanlcu!"

H.    Wahab Hasbuyllah, K.H. A.
Motor'- Utama Berdirinya NU
[Suatu ketika, dia kebagian waktu maju dalam sidang parlemen. Sebelum maju, dia membetulkan sorbannya terlebih dulu. Pada saat itulah ada suara usil nyeletuk, "Tanpa sorban kenapa sih!" Secara reflek Kiai Wahab membalas, "Sorban Diponegoro!" sambil menunjuk ke arah sorbannya.
Ketika di podium, sambil menunjuk ke arah sorbannya lagi, dia melanjutkan kalimatnya yang sempat toputus: "Pangeran Diponegoro, Kiai Mojo, Imam Bonjol, Tengku Umar, semuanya pakai sorban!"
Karuan saja ruang sidang itu dipenuhi tawa anggota parlemen]
Kiai Wahab lahir path bulan Maret 1888 di Tambakberas, Jombang.
Pendidikan: Selama 20 tahun Kiai Wahab mendalami agama di berbagai pesantren. Pernah belajar di Langitan, Tuban; Mojosari, Nganjuk; Tawangsari, Sepanjang; Branggahan, Kediri; Syaikhona Cholil, Bangkalan; Tebuireng, Jombang; dan Makkah Mukarramah.
Pengalarnan: Mendirikan Sarekat Islam cabang Makkah (1914). Mendirikan perguruan pendidikan di kampung Kawatan Gg IV Surabaya dengan nama Nandlatul Wathan (1916). Mendirikan sebuah kelompok diskusi Taswirul Afkar, dan selanjutnya perkumpulan itu dinailckan statusnya, dari sebuah kelompok diskusi anak-anak muda menjadi sebuah sekolah. Namanya tetap, Madrasah Taswirul Afkar, terletak di kawasan Ampel Suci tahun 1918.
Kiai Wahab adalah tokoh yang sangat dinamis, lincah, pantang menyerah dan banyak akal. Ia bisa bergaul dengan berbagai macam tokoh pergerakan. Sebagai ketua Cabang SI Makkah, dia banyak
berhubungan dengan H.O.S Cokroaminoto yang pemilcirannya banyak mengarah pada politik. Di Madrasah Nandlatul Wathan bisa bergaul dengan K.H. Mas Mansur yang tokoh Muhammadiyah. Dan di Taswirul At-kw bisa cocok dengan K.H:Ahmad Dahlan Ahjad, tokoh NU yang belakangan dilcenal sebagai salah satu pendiri MIAI.
Tahun 1925, Kiai Wahab bersama dengan Syeilch Ghonaim Al­Misri dan K. H. Dahlan Abdul Qohar (mahasiswa NU yang tinggal di Makkah), menemui Raja Ibnu Saud di Makkah sebagai utusan jam'iyah Nandlatul Ulama Indonesia. Tim yang dikenal dengan sebutan Komite Hijaz ini bertujuan melobi pemerintah Kerajaan Arab Saudi, agar ajaran bermadzhab tetap dijamin di Tanah Haram. Misi itu berhasil diemban dengan baik. Raja Saud menyetujui permintaan itu.
Kiai Wahab pula yang memprakarsai adanya tradisi jurnalistik di Icalangan NU dengan mendirikan majalah tengah bulanan ScearaNandatoel Oelama. Majalah itu dipimpin langsung oleh Kiai Wahab sendiri dari Surabaya dan mampu bertahan hingga 7 tahun lamanya. Kelak, majalah itu berganti nama menjadi Berita Nandlatoel Oelama ketika dipimpin olch K.H. Machfudz Siddiq dan Abdullah Ubaid sebagai waldlnya.
Ketika ANO(cikal bakal Ansor) mulai memperkenalkan seragam barunya dalam Muktamar Menes, Banten (1938), para kiai tua memberikan penolakan yang luar biasa. Sebab seragam yang dipakai adalah celana panjang, dasi, kopiah dan tanda bintang di pundak. Persoalan dasi itulah yang utama, karena dinilai meniru busana orang kafir. Di sisi lain ada usulan agar kongres ANO digabung saja bersama Muktamar NU. Ganti usulan itu ditolak ANO, mengingat NU belum sepenuhnya menerima kehadiran ANO. Benturan antara golongan tua dan golongan muda semakin sengit. Sama-sama nelcadnya.
Pada saat itulah Kiai Wahab diminta nasehatnya menengahi masalah itu. Kiai Wahab berdiri dalam forum menyampaikan nasehatnya:
"Soal tidak setujunya kaum tua terhadap ANO, tidak boleh dibiarkan berlangsung terus. Sebab, kalau dibiarkan tak akan ada habisnya. Ada contoh menarik tentang in Dulu, para Sahabat Rasulullah Saw. sewalctu berperang melawan orang-orang Persi, masing-masing pihak tak ada yang berani memulai peperangan in Kenapa? Karena kuda para Sahabat belum pernah mengenal gajah yang menjadi
kendaraan perang orang Persi. Sehingga, ketika perang akan dimulai, lcuda-lcuda tunggangan itu berbalik. Begitu juga gajah orang-orang Persi. Keduanya sama-sama takut, karena belum saling mengenal saja.
Tapi, setelah para Sahabat membeli gajah, kemudian dikenalkan pada kuda-kuda yang terlatih untuk perang itu, maka lama-lama kuda tak takut lagi. Setelah itu, mereka berangkat perang dan berhasil menaldukkan orang Persi."

Dengan nasehat yang jitu dari Kiai Wahab, rukunlah kedua kelompok itu. Akhirnya mereka sepakat untuk menggabungkan Kongres ANO dengan Muktamar NU. -
Pengabdian: Penggagas berdirinya jam'iyah NU bersama K.H. M. Hasyim Asy'ari, 1926. Menjabat Katib Aam PBNU saat NU pertama kali didirikan dengan K.H. M. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbarnya. Di saat K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Machfudz Siddiq, keduanya atas nama Rais Akbar dan Ketua PBNU dipenjara Tentara Pendudukan Jepang, Kiai Wahab tampil mengambil alih kepemimpinan dengan menyebut dirinya Ketua Akbar (1942). Di saat keduanya dilepaskan Tentara Pendudukan Jepang, posisi itu diserahkan pada mereka.
Sepeninggal Hadratus Syeikh (1947) jabatan Rais Akbar ditiadakan, diganti menjadi Rais Aam, dengan Kiai Wahab sebagai orang pertama yang mendudulci posisi itu hingga wafatnya (1971). Sedangkan K.H. Bisri Syansuri (adik iparnya) menjadi wakilnya. Ketika Kiai Wahab wafat, posisinya digantikan Kiai Bisri.
Kiai Wahab memang dikenal jago debat. Dalam suatu pertemuan Rais Syuriah PBNU, Kiai Wahab pethenthengan (berdebat sengit) dengan K.H. Bisri Syansuri membahas sebuah yayasan di Semarang yang mengurusi ibadah haji. Kiai Bisri menyatakan tidak boleh menurut fiqih, sedangkan Kiai Wahab membolehkannya. Sampai akhirnya Kiai Wahab mengatakan, "Pekih iku nek rupek yo diokeh­okeh" (fiqih itu kalau sempit ya diusahakan longgar). Terdengar gurauan, tapi sebenarnya menyimpan malcna filosofi yang tinggi.
Kiai Wahab pernah menjadi anggota BP KNIP, anggota konstituante, berkali-kali menjadi anggota DPR dan juga anggota DPA.
Kiai Wahab wafat pada hari Rabu 12 Dzulqa'dah 1391 H/29 Desember 1971 M dalam usia 83 tahun, dimakamkan di Pemakaman Keluarga Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.

0 comments:

Post a Comment