Tuesday, January 3, 2012

ATEROSKLEROSIS

A. ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang di tandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan magrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri arteri serebral.

Langkah peratama dalam pembentukan aterosklerosis di mulai dengan disfungsi lapisan sel endotel lumen arteri. Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain. Cedera pada sel endotel meningkatkan permeabilitasnya terhadap berbagai komponen sel plasma, termasuk asam lemak dan trigliserida, sehingga zat zat ini dapat masuk ke dalam arteri. Oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera. Sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poton yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifasi sel T dan sel B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimiawi) yang mengaktifkan siklus inflamasi pembekuan, dan fibrosis. Pada saat tertarik ke area cedera, sel darah putih akan menempel di sana oleh aktifasi factor adhesif endotelial yang bekerja seperti Velcro sehigga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih. Pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai bermigrasi di antara sel sel endotel, ke ruang interstesial. Di ruang interestesial, monosit yang matang menjadi magrofag dan bersama neutrofil, tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori jaga merangsang ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunlka intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat. Pada tahap indikasi dini kerusakan terdapat lapisan lemak di arterti. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (thrombus). Sebagian dinding pembuluh di ganti dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah. Hasil akhirnya adalah penimbunan kolesterol dan lema, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit, dan poliferase sel otot polos.

Meskipun tanpa ada cedera langsung pada sel endotelial, perubahan factor adhesi endotel dapat terjadi, yang mengakibatkan akumulasi sel darah putih dan pelepasan sel mediator inflamasi dan zat pembentuk bekuan. Mengapa beberapa individu dapat memilki terutama factor adhesive yang aktif masih belum jelas. Ada kecenderungan bahwa factor genetic dan factor lingkungan menjadi penyebab.

Apapun yang menjadi factor pemicunya, aterosklerosis menyevbabkan penurunan diameter arteri dan peningakatan kekakuan. Area aterosklerotik pada arteri di sebut plak.

B. PENYEBAB ATEROSKLEROSIS

Terdapat beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali menyebabkan kerusakan sel endotel, yang kemudian mencetuskan rangkain proses di atas. Dapat di katakana bahwa beberapa proses pencetus yang terlibat berbeda-beda pada masing-masing individu. Empat hipotesis da sajikan di bawah ini.

· Kolesterol serum tinggi

Hipotesis pertama mengisyaratkan bahwa kadar kolesterol serum tinggi dan trigliserida dalam sirkulasi yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Pada pengidap aterosklerosis, pengendapan lemak yang di sebut ateroma, di temukan di seluruh kedalaman tunika intima, yang meluas ke dalam tunika media.

Kolesterol dan trigliserida yang di bawa di dalam darah terbungkus dalam protein pengangkut lemak yang di sebut lipoprotein. Lipoprotein densitas-tinggi (high density lipoprotein, HDL) membawa lemak keluar sel untuk di uraikan, dan di kenal bersifat protektif melawan aterosklerosis. Lipoprotein densitas-rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipoprotein densitas-sangat-rendah ( very low density lipoprotein, VLDL) membawa lemak masuk ke sel tubuh, termasuk sel endotel arteri. Terutama yang beresiko aterosklerosis adalah individu yang membawa defek protein E apolipoprotein spesifik yang normalnya terlibat dalam ambilan partikel lipoprotein hati secara efisien, merangsang pengeluaran kolesterol dan magrofag pada lesi aterosklerosis, dan pengaturan respon imun dan inflamasi. Pada dinding arteri, oksidasi kolesterol atau trigliserida menyebabkan pembentukan radikal bebas yang di ketahui meruak sel endotel.

Berdasarkan hipotesis ini, hipotesis oksidatif-modikatif pada aterosklerosis, yang di awali oksidasi LDL pada lapisan subendotel arteri yang menyebabkan berbagai reaksi inflamasi, yang akhirnya menarik monosit dan neutrofil ke area lesi. Sel-sel darah putih melekat ke lapisan endotel oleh molekul adhesif, dan melepaskan mediator inflamasi lain yang menarik makin banyak sel darah putih ke area tersebut dan selanjutnya merangsang oksidasi LDL. Pada akhirnya, monosit bergerak ke dinding arteri, yang merupakan tempat pematangan menjadi magrofag dan mengubah LDL menjadi sel buih. LDL teroksidasi bersifat sitotoksik untuk sel pembuluh darah, yang selanjutnya merangsang respons inflamasi. Menurut hipotesis ini, makin tinggi kadar LDL dalam sirkulasi, makin sering terjadi kerusakan.

Individu diabetes militus sering memperlihatkan aterosklerosis yang di sebabkan oleh kolesterol tinggi. Diabetus militus adalah faktor resiko utama untuk aterosklerosis. Individu pengidap diabetes melitus memiliki kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagaian organ menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, kemudian menstimulasi reaksi inflamasi yang berperan menyebabkan aterosklerosis.

· Tekanan Darah Tinggi

Hipotesis ke dua mengenai pembentukan aterosklerosis di dasarkan pada penemuan bahwa tekanan darah tinggi yang kronis menimbulkan gaya regang/potong yang merobek lapisan endotel arteridan arteriol yang merupakan awal cedera. Gaya regang terutama terjadi di tempat-tempat arteri bercabang (bifurkasi) atau melengkung ,erupakan cirri khas untuk arteri koroner, arta, dan arteri serebru. Dengan robeknya lapisan endotel, dapat terjadi kerusakan yang berulang sehingga terjadi siklus inflamasi, penimbunan dan pelekatan sel darah putih dan trombosi, serta pembentukan-pembentukan bekuan. Setiap thrombus yang terbentuk dapat terlepas dari arteri sehingga terjadi tromboembolusdi bagian hilir, atau makin membesar yang cukup untuk menyumbat aliran darah. Trombus juga melemahkan arteri sehingga dapat pecah pada kondisi tekanan darah yang terkontrol.

· Infeksi

Hipotesis ke tiga pembentukan aterosklerosis menjelaskan bahwa sebagian sel endotel mungkin menjadi oleh mikroorganisme dalam sirkulasi. Infeksi secara langsung menghasilkan sel-sel radikal bebasyang merusak, infeksi juga mencetuskansiklus inflamasi, yaitu proses yang di kaitkan dengan radikal bebas dan akivasi faktor pelekata. Sel darah putih dan trombosit dating ke area tersebut, kemudian membentuk bekuan dan jaringan parut. Organisme spesifik yang biasanya diduga berperan dalam teori ini adalah Chlamydia pneumonia, yang merupakan patogen umum system pernapasan.

· Kadar Besi Darah Tinggi

Hipotesis ke empat mengenai aterosklerosis aeteri koroner adalah bahwa kadar besi serum yang tinggi dapat merusk arteri koroner atau memperparah kerusakan dari penyebab lain. Proses oksidasi besi sangat cepat dan mampu menghasilkan radikal bebas yang merusak arteri. Teori ini di ajukan oleh sebagian orang ahli untuk menjelaskan perbedaan mencolok dalam insiden penyakit arteri koroner antara pria dan wanita pramenopouse, yang biyasanya memiliki kadar besi lebih rendah.

· Kadar Hemosistein Darah

Hipotesis kelima menjelaskan bahwa individu yang mengalami peningkatan kadar peningkatan hemosistein plasma, juga mengalami peningkatan penyakit vaskuler. Hemosistein adalah asam amino yang dibentuk oleh metabolism metionin. Peneliti menduga hiperhemosisteinemia berkaitan dengan disfungsi endotel, yang merupakan vasodilator local. Hiperhemosisteinemia juga meningkatkan kerentanan terhadap thrombosis arteri dan percepatan pembentukan arterosklerosis pada tikus yang mengalami defisiensi apolipoprotein. Hemosistein juga meningkatkan oksidasi LDL. Defisiensi nutrisi untuk asam folat dan Vitamin B dihubungkan dengan peningkatan hemosistein

· Rangkuman penyebab Aterosklerosis

Aterosklerosis terjadi akibat Disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis mengaktifkan reaksi inflamasi dan, pada banyak kasus, menghasilkan radikal bebas. Kerusakan dapat terjadi akibat cedera fisik, seperti hipertensi, atau cedera kimia, seperti peningakatan LDL, infeksi, pajanan logam berat, atau pajanan kimia.

C. Gambaran Klinis

Gambaran klinis aterosklerois biyasanya terjadi pada tahap akhir perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi:

  • Klaudikasio intermitten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstermitas bawah, terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Klaudikasio intermitten disebabkan buruknya aliran darah yang melalui pembuluh aterosklerotik yang memperdarahi tungkai bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tunkai akan meningkt, maka aliran yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan terjadi nyeri akibat iskemia otot. Seiring dengan memburuknya aterosklerosis, nyeri intermitten dapat berkembang menjadi nyeri saat istirahat, karena dengan kebutuhan oksigen yang normal sekalipun tidak dapat dipenuhi.
  • Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstermitas tidak adekuat.
  • Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah area tubuh. Akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti oleh respon autoregulasi local sehingga hyperemia (peningkatan aliran darah) ke tersebut sehingga kulit merona merah.
  • Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi aterosklerotik. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan metabolic, dapat terjadi nekrosis sel dan gangren.

D. Perangkat Diagnosis

  • Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dapat mengindikasikan adanya faktor resiko untuk aterosklerosis. Kadar kolesterol dalam darah diatas 180 mg/dl dianggap meningkat, dan individu tersebut dianggap sangat beresiko mengidap arteri koroner.
  • Teknik non-invasif yang disebut reactive hyperemia peripheral arterial tonomerty (RH-PT) digunakan untuk mengevaluasi potensi aterosklerosis stadium awal pada individu. Aliran balik yang lebam pada ektremitas merupakan teori untuk menduga disfungsi endotel yang serupa pada arteri koroner.
  • Pemeriksaan pencitraan pada radiografik ateri memungkinkan kita memvisualisasi lesi aterosklerotik. Pengidentifikasian dan pemantauan aterosklerotik mungkin dilakukan menggunakan alat pemindaian (CT) koroner atau arteri karotis, ultrasonografi, atau MRI

0 comments:

Post a Comment