This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, June 2, 2013

MAKALAH ASWAJA (NAHDLATUL ULAMA)



BAB I
NAHDLATUL ULAMA
1.1 Sejarah Kelahiran
Nahdlatul Ulama, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya.
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran kegamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah keagamaan ala kaum sunni yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengalaman agama dengan sistem bermadzhab, tawassul, ziarah kubur, maulid Nabi, dan lain sebagainya, akan segera dilarang.
Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto, K.H. Mas Manshur dan K.H Abdul Wahab Hasbullah.Namun, rupanya ada permainan licik di antara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan.
Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzab, anti maulid nabi, anti ziarah kubur, dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad SAW pun berencana digusur. Disamping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan, dan membodoh-bodohkan, maka para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang sudah ada dan masih relevan. Karena latar belakang yang mendesak itulah akhirnya jam’iyah Nahdlatul Ulama didirikan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama di Makkah. Para Ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah kubur, dan lain sebagainya.Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad SAW pun rencana digusur.
Bagi para kiai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan.K.H. Hasyim Asy’ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada ajaran Islam murni.Namun Kiai Hasyim tidak bisa menerima pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepasdkan diri dari sistem bermadzhab.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh K.H.M. Hasyim Asy’ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas, Jombang. Kiai Wahab adalah salah seorang murid utama Kiai Hasyim.Ia lincah, energik, dan banyak akal.

1.2  Struktur Kepengurusan
a.       PBNU ( Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat pusat.
b.      PWNU ( Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat propinsi.
c.       PCNU ( Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat kabupaten/ kota dan PCI NU ( Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ) untuk luar negeri.

 

BAB II
ISTILAH – ISTILAH DALAM ORGANISASI
2.1  Ahlussunnah Waljamaah
NU adalah organisasi keagamaan yang bertujuan melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Arti Ahlussunnah Waljamaah adalah para pengikut yang berpegang teguh kepada al- Quran, al- Hadits, al –Ijma, dan al- Qiyas.
Doktrin Ahlussunnah Waljamaah berpangkal pada tiga panutan:
1.    Mengikuti paham al-Asy’ari dan Maturidi dalam bertauhid
2.    Mengikuti salah satu mahdzab fiqih yang empat (Hanafi, Maliki, Hambali, Syafi’i) dalam beribadah.
3.    Mengikuti cara yang ditetapkan al-Junaidi al- Baghdadi dan al-Ghazali dalam bertarekat.
Karena penyusun anutan ini adalah ulama ushuluddin, Syeikh Abul Hasan al- Asyari, maka penganutnya disebut al- Asy’ariyah. Walaupun pada hakekatnya Imam Abul Hasan al- Asy’ari hanya menggali,merumuskan,menyiarkan dan mempertahankan apa yang sudah ada dalam al- Quran dan al- Hadits.
Menurut sejarahnya, istilah Ahlussunnuah Waljamaah muncul karena digunakan Asy’ari untuk mereka yang akidahnya lebih berdasarkan Sunnah Rasul ketimbang akal.Biasanya Ahlussunnah Waljamaah disebut firqah.Tapi di dalam Ahlussunnah Waljamaah juga terdapat orang-orang yang bermahdzab dalam fiqih dan lain-lain.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :
1. Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan tafriith (menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka berada di pertengahan antara golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummat ini berada dipertengahan antara agama-agama yang ada.
2. Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun memperhatikan keduanya dan bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan memahaminya sesuai dengan manhaj Salaf.
3. Mereka tidak mempunyai iman yang diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari meninggalkan apa yang bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah SAW. Dan Ahli Sunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah SAW  perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling peduli untuk mengikuti dan paling lolal terhadap para pengikutnya.
4. Mereka meninggalkan persengketaan dan pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi orang-orang yang terlibat di dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam permasalahan tentang halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
5. Mereka mengagungkan para Salafush Shalih dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang lebih selamat, paling dalam pengetahuannya dan sangat bijaksana.
6. Mereka  menolak ta'wil (penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan menyerahkan diri kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada akl (logika) belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
7. Mereka memadukan antara nash-nash dalam suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat yang jelas dan tegas maksudnya).
8. Mereka merupakan  figur teladan orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan yang benar dan lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal  kepada Allah dan ikhtiar (berusaha), antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan harap, cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kaum mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9.  Mereka tidak menggunakan sebutan selain Islam, Sunnah dan Jama'ah.
10. Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya kepada manusia, memberkan bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan mereka.
11.  Mereka adalah orang-orang yang paling sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
12. Mereka sangat peduli terhadap persatuan dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia kepadanya serta menjauhkan perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada manusia dari hal tersebut.
13.  Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian mereka menghukumi orang selain mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
14.  Mereka saling mencintai dan mengasihi sesama mereka, saling tolong menolong diantara mereka, saling menutupi kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi kecuali atas dasar agama.
Secara garis besarnya, Ahlussunnah Waljama'ah adalah manusia yang paling baik akhlaknya, sangat peduli terhadap kesucian jiwa  mereka dengan berbuat ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling luas wawasannya, paling jauh pandangan, paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan pendapat) dan paling mengetahui tentang adab-adab  dan prinsip-prinsip khilaf.
2.2  Lambang NU
Lambang NU diciptakan oleh K.H. Ridwan Abdullah,salah seorang A’wan Syuriah PBNU periode pertama,pada tahun 1926. Lambang itu ditemukan melalui mimpi setelah menjalankan sholat istikharah (sholat untuk meminta petunjuk langsung dari allah swt.),sehingga diyakini lambang itu bukan sembarangan.
Lambang NU (setelah mengalami perbaikan -perbaikan) terdiri dari bumi dikelilingi tampar yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang diatas bumi (yang tengah berukuran paling besar), dan empat bintang dibawah bumi. Terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang ditengah bumi dan dibawah bumi ada tulisan NU dalam huruf latin.
Arti Lambang Nahdlatul Ulama
a. Gambar bola dunia
melambangkan tempat hidup, tempat berjuang, dan beramal di dunia ini dan melambangkan pula bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah dan akan kembali ke tanah.
b. Gambar peta pada bola dunia merupakan peta Indonesia
melambangkan bahwa Nahdlatul Ulama dilahirkan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan Negara Republik Indonesia.
c. Tali yang tersimpul
melambangkan persatuan yang kokoh, kuat;
Dua ikatan di bawahnya merupakan lambing hubungan antar sesama manusia dengan Tuhan;
Jumlah untaian tali sebanyak 99 buah melambangkan Asmaul Husna.
d. Sembilan bintang yang terdiri dari lima bintang di atas garis katulistiwa dengan sebuah bintang yang paling besar terletak paling atas,
melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat manusia dan Rasulullah;
Empat buah bintang lainnya melambangkan kepemimpinan Khulaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Empat bintang di garis katulisitiwa melambangkan empat madzab yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Jumlah bintang sebanyak 9 (sembilan) melambangkan sembilan wali penyebar agama Islam di pulau Jawa.
e. Tulisan Arab “Nahdlatul Ulama
menunjukkan nama dari organisasi yang berarti kebangkitan ulama. Tulisan Arab ini juga dijelaskan dengan tulisan NU dengan huruf latin sebagai singkatan Nahdlatul Ulama.
f. Warna hijau dan putih
warna hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia dan warna putih melambangkan kesucian.
BAB III
BUDAYA DAN AMALIAH NAHDLATUL ULAMA
3.1  Ziarah Kubur
Orang NU akrab dengan  budaya ziarah kubur. Ziarah kubur yaitu mereka mendatangi makam-makam orang tua, kakek-nenek, anak, leluhur, para ulama, para wali, dan lain sebagainya, untuk mendoakan atau bertawassul kepada mereka. Biasanya waktu yang dipilih adalah kamis sore atau jumat pagi. Diatas makam mereka membaca tahlil dan ayat-ayat al- Quran, yang pahalanya dihadiahkan pada ahli kubur tersebut.
Pada masa awal islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah saw. Hal itu dimaksudkan untuk menjagaa akidah mereka yang belum kuat, agar tidak menjadi musyrik dan penyembah kuburan. Namun setelah islam kuat, Rasulullah justru menyuruh kaum muslim untuk melakukannya.
Dipilihnya hari kamis sore dan jumat pagi, karena hari jumat adalah hari paling mulia (penanggalan hijriyah dimulai dari tenggelamnya matahari). Dan diyakini para arwah sedang diberi kebebasan pada hari itu untuk menengok keluarganya, sekaligus menunggu kiriman dari mereka berupa amal.Sedankan banyak rombongan kaum nadliyin mendatangi makam-makam para wali (khususnya ziarah Walisongo) adalah untuk bertawassul dan bertabarruk kepada mereka.
Hikmah dan manfaat ziarah kubur
Ziarah kubur banyak memiliki hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah :
1.    Ia akan mengingatkan akhirat dan kematian sehingga dapat memberikan pelaja ran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Sehingga dapat memberikan dampak yang positif dalam kehidaupan.
2.    Mendoakan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampuna untuk mereka atas segala amalan di dunia.
4.    Untuk menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
5.    Untuk mendapatkan pahala kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilaku kannya.

3.2  TAWASSUL
Tawassul secara sistematik artinya mengambil perantanra. Sesuatu yang dijadikan  perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Guna mencapai sesuatunyang duharapkan dari-Nya. Bertawassul merupakan salah satu cara berdoa dan salah satu pintu menghadap khaliq dengan menggunakan wasilah (perantara).
Kaum Nahdliyin sering melakukan tawassul dengan berziarah kemakam–makam para wali, khususnya walisongo.Ziarah itu kadang dilakukuan sendiri, tidak jarang pula dilakukan dengan rombongan.Ziarah wali tersebut dinilai sebagai perjalanan ritual yang memiliki nilai budaya tradisional.
Secara garis besar, bertawassul dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.    Melalui tindakan (iman dan amal shaleh). Ulama mahdzab hambali menyebutkan bahwa  bertawassul dengan iman,ketaatan dan amal saleh, merupakan salah satu bertawassul dengan shiratal mustaqim, yaitu mendekatkan diri kepada  Allah swt. Dengan apa yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW.
2.    Melalui doa. Antara lain dengan menyebut amal shaleh  yang pernah dilakukan. Tujuan berwasilah dalam berdoa agar doa yang disampaikan itu diterima oleh Allah SWT. Jumhur ulama menyepakati cara tersebut sebagaimana hadits diriwayatkan Bukhairi dan Muslim tentang tiga orang yang terkurung didalam goa. Untuk bisa keluar dari dalam goa mereka berdoa sambil bertawassul dengan amal yang pernah diperbuatnya.

3.    Melalui dzat,sifat-sifat dan nama-nama Allah Swt. (asmaul husna).
Sebagaimana firman Allah Swt.:
     Yang artinya:
“ Hanya milik Allah asmaul husna (nama –nama agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah). Maka bermohonlah kepada-Nya (dengan menyebut asmaul husna).”(QA. Al-A’raf : 180)
4.    Dengan Syafaat Nabi Muhammad Saw. Di akhirat nanti. Ulama Ahlussunah Waljamaah berpendapat bahwa semua kaum muslimin akan mendapatan syafaat dari Rasulullah. Termasuk mereka yang di dunia melakukan dosa besar.
5.    Melalui panggilan. Tawassul dalam bentuk ini dilakukan dengan cara memanggil orang yang paling dicintai.
Menurut Sayid Muhammad Malik al-Maliki, bertawassul seperti ini hukumnya boleh. Berdasarkan beberapa riwayat,antara lain : “ Mujahid meriwayatkan bahwa dia melihat seorang sakit kakinya didekat Ibnu Abbas.,lantas Abbas berkata :” Sebutlah nama seseorang yang engau cintai !”. Orang   sakit tersebut lantas menyebut nama Muhammad Saw. Dengan segera tampak rasa sakit dan lemah dikakinya sembuh.
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki mengingatkan,bahwa maksud hakiki dari tawassul adalah Allah Swt. Sesuatu yang dijadikan perantara hanyalah berfungsi sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.





BAB IV
SEJARAH SINGKAT PARA TOKOH NU
4.1  K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur),






Presiden RI, Kolumnis, Ketua Umum PBNU.
KH.Abdurrahman Wahid lahir pada 14 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang. Ayahnya, K.H. A. Wahid Hasyim, adalah putra K.H. M. Hasyim Asy’ari (Tebuireng), sedangkan ibunya, Ny. Hj. Sholicah, adalah putri K.H. Bisri Syamsuri (Denanyar).
Pendidikan : Pedidikan dasar di Jakarta (1953). Meneruskan SMP di Gowangan, Yokyakarta, Sambil belajar di Pondok Pesantren Krapiyak (1956). Setelah tamat dari SMP, melanjutkan Pendidikan di Pndok Pesantren Tegalrejo, Megelang, selama 3 Tahun. Lalu ke Pondok Pesantren Tambakberas Jombang.
Tahun 1960-an melanjutkan Pendidikannya di Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir. Kemudian pindah ke Fakultas Sastra Universitas Baghdad, Iraq.Lalu keduanya tidak sampai tamat.
Pengabdian : Masuk ke Organisasi Nu Tahun 1979 atas dorongan kakeknya, KH. Bisri Syamsuri, yang saat itu menjabat Rais Aam PBNU. Gudur langsung menempati posisi Wakil Katib Aam PBNU. Pada muktamar Nu ke-27 Disitubondo, ia terpilih sebagai Ketua Umum PBNU bersama KH. Achmad Shiddiq sebagai Rais Aam. Namun sejak Muktamar ke-31 diasrama Haji Donotidan. Solo (2004), Gus Dur dan para Kyai pendukungnya tampak kurang sepakat dengan Pengurus Baru PBNU. Sampai akhirnya dia berencana mendirikan NU yang benar alias PBNU tandingan, dengan Kantor yang sama dengan PBNU hasil Muktamar. PBNU tetap satu, dengan Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh sebagai Rais Aam dan KH. A. Hasyim Muzadi sebagai Ketua Umum Tanfidziyah.

4.2    Wahidhasyim, KH. A.
 






Menteri Agama, Pembaru Kaum Muda NU
KH. A. Wahid Hasyim Lajir di Jombang pada Hari Jum’at Legi 5 Rabiul Awal 1333 H,/1 Jini 1914 M. Putra lelaki pertama Hadratus Syaih KH. Hasyim Asy’ari, Pendiri Jam’iyah NU.
Pendidikan  :  Sejak kecil belajar pada ayahnya dan menjadi siswa di Madrasah Salafiyah di pesantren Tebuireng. Usia 13 tahun belajar ke pada kyai Khizid di pondok siwalanpanji, Sidoarjo. Lalu melanjutkan ke Pesantren Lirboyo, Kediri. Dalam usia 15 tahun sudah menguasai bahasa Arab, bahasa Inggris dan Belanda.
Pengabdian  :  ketika berusia 24 Tahun mulai aktif dalam jam’iyah NU. Mula – mula menjabat menjadi penulis I Kring (Sekretaris ranting ) NU tebuireng, kemudian menjadi anggota pengurus NU cabang Jombang. Dalam waktu kurang dari 1 tahun beliau sudah terpilih sebagai  wakil ketua Tanfidziyah PBNU yang menangani masalah pendidikan, ketua PP LP Ma’arif (1938).
Tahun 1939, terpilih sebagai ketua Dewan MIAI. Tahun 1945, di tunjuk sebagai kepala kantor urusan agama pusat, menggantikan ayahnya. Dan pada saat itu pula beliau terpilih sebagai anggota BPUPKI dengan termasuk Sub panitia sebelas, yang pada tanggal 22 Juni 1945 menandatangani Piagam Jakarta.
Wafat  :  Wahid Hasyim meninggal dunia tanggal 19 april 1953 Akibat kecelakaan Mobil yang di naikinya di daerah Cimindi dalam usia 39 Tahun. Di makamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, di dekat makam ayahnya. Ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
















BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1.    Nahdlatul ulama, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/ 16 Rajab 1344 H di Surabaya. Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, raja Hijaz (Makkah) yang berpaham sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.
2.    Ahlussunnah Waljamaah
NU adalah organisasi keagamaan yang bertujuan melestarikan,mengembangkan dan mengamalkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Arti Ahlussunnah Waljamaah adalah para pengikut yang berpegang teguh kepada al- Quran, al- Hadits, al –Ijma, dan al- Qiyas.
3.    Lambang NU diciptakan oleh K.H. Ridwan Abdullah,salah seorang A’wan Syuriah PBNU periode pertama,pada tahun 1926. Lambang itu ditemukan melalui mimpi setelah menjalankan sholat istikharah (sholat untuk meminta petunjuk langsung dari allah swt.),sehingga diyakini lambang itu bukan sembarangan.
4.     Ziarah kubur yaitu mereka mendatangi makam-makam orang tua, kakek-nenek, anak, leluhur, para ulama, para wali, dan lain sebagainya, untuk mendoakan atau bertawassul kepada mereka.
5.    Tawassul secara sistematik artinya mengambil perantanra. Sesuatu yang dijadikan  perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Guna mencapai sesuatunyang duharapkan dari-Nya. Bertawassul merupakan salah satu cara berdoa dan salah satu pintu menghadap khaliq dengan menggunakan wasilah (perantara).
6.    Kh. Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Beliau wafat pada tanggal 31 Desember 2009. Dimakamkam diTebuireng  -Jombang -Jawa timur.
7.    Wahidhasyim, KH. A beliau lahir di jombang tanggal 5 robi’ul awal 1333H/1 juni 1914M.putra dari hadraty syaikh kh hasyim asy’ari beliau sejak kecil belajar dibawah  asuhan ayahnya.dalam usia 15 tahun beliau   sudah menguasai bahasa arab,inggris dan belanda.beliau pernah menjadi anggota BPUPKI yang termasuk dalam sub panitia sebelas.beliau wafat pada 19 april 1953.akibat kecelakaan dalam usia 39 tahun.

5.2 SARAN
Adapun penulis mengharapkan agar kita sebagai generasi muslim-muslimah yang baik, hendaknya turut ikut berpartisipasi dalam menggerakkan oraganisasi NU.Seiring dengan semakin berkembangnya zaman.Semoga kita tidak terpengaruh kepada perbuatan-perbuatan yang menyimpang dalam ajaran Islam. Semoga Makalah ini bisa bermanfaat baik bagi Penulis sendiri maupun kepada Pembaca.








DAFTAR PUSAKA
1.      Ahkam Al-Fuquha, Solusi Problematika Aktuwal Islam, Pengantar DR K.H. MA. Sahal Mahfudh, LTNU Jatim bekerjasama dengan Khalista, 2007.

2.      Ajeng Cipasung, Biografi KH. Moh. Ilyas Ruhiat, IIp D. Yahya, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2006

3.      Amal Bakti NU pada  Agama, Bangsa dan Negara, PBNU, 1081.
4.      Berjuang Sampai Akhir, Kisah Seorang mBah Muchith, M Subhan, khalista, 2006